Makalah mengenai Masalah Lingkungan Hidup



BAB II
PEMBAHASAN

            Lingkungan hidup pada umumnya kita perbincangkan dari sisi negatif, artinya karena terjadinya berbagai kemunduran, kerusakan, kehilangan, sampai pencemaran. Hal ini tejadi semenjak pertambahan populasi manusia mencapai angkai enam miliar seiring dengan meningkatnya kebutuhan kita baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Semua itu terasa secara global, regional, nasional maupun lokal. Pdahal kalau sikap dan perilaku manusia sudah lebih tertata baik, seharusnya kita juga harus melihatnya dari segi positif. Berbagai segi positif sebernarnya perlu diangkat seperti paham tentang makna hidup, kehidupan, eksistensi dan kesejahteraaan manusia bersama makhluk hidup lain. Dalam lingkungan hidup yang tertata dengan baik kita mendapat jaminan kelangsungan peri kehidupan dan peningkatan kesejahteraan hidup bersama bagi seluruh kehidupan.
A.    Masalah Lingkungan Hidup Global
1.      Revolusi Industri
Terjadinya perubahan besar dalam meningkatkan produksi dimulai pada pertengahan abad 18 dengan dicetuskannya revolusi industri di inggris yang menggantikan sebagian dari tenaga manusia dengan tenaga mesin di sekitar tahun 1750. Sebelum itu antara tahun 1500 sampai 1800 terjadi revolusi hijau sebagai upaya memenuhi kebutuhan akan pangan pada saat mana bahan makanan pokok seperti gandum, padi, jagung, dan kentang disebarkan keseluruh dunia untuk mengimbangi lajunya pertumbuhan penduduk. Proses ini berlangsung terus menerus di Eropa dan Amerika Utara antara tahun 1850 sampai 1950pada saat produksi tanaman maupun hewan dipacu dengan penggunaan pupuk besar-besaran dan ditopang oleh pengembangan irigasi. Demikian juaga penggunaan bahan peptisida , herbisida, dan sebagainya yang mulai dirasakan sebagai bagian dari pencemaran lingkungan. 
2.      Tahapan Kepedulian
Berbagai kasus kerusakan dan pencemaran lingkungan telah terjadi cukup lama, dan sampai saat ini pun blum ada tanda-tandasurutnya masalah lingkungan tersebut.
·         Tahun 1950 timbul masalah penyakit itai-itai (aduh-aduh) yang menimpa penduduk Teluk Minamata di Jepang karena makan ikan dan hasil laut lainya yang tercemar Cd dan Hg dari industri pantai.
·         Tahun 1962 terbit buku Rachel Carson The Silent Spring yang menggambarkan sepinya musim semi karena kulit telur burung lemah oleh pengaruh pestisida sehingga pecah sebelum telur-telur itu menetas
·         Tahun 1968 terbit buku Paul Ehrlich The Population Bomb yang mengkhawatirkan ledakan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dan tidak dipenuhi kebutuhan dasarnya berdasarkan daya dukung dan daya tampung bumi
·         Pada tahun 1972 terbit laporan dari the Club of Rome oleh Donella Meadows dkk. Tentang The Limits ti Growth yang menggambarkan keharusan manusia untuk menghentikan petumbuhan, tidak hanya jumlah populasinya tapi juga pola konsumsinya yang berlebihan.
3.      Konferensi Stockholm, Rio, Johannesburg
Setelah bertahun-tahun sejak revolusi industri pertengahan abad ke -18, baru pada pertengahan abad ke-20 dunia mendapat kejutan yang merangsang kepedulian akan gawatnya masalah lingkungan yang kita hadapi. Akhirnya atas usul pemerintah swedia diselenggakan di bulan Juni 1972 Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (UN Conference on the Human Environment) di Stockhlom. Konferensi ini menghasilkan Deklarasi Stockholm berupa Rencana Kerja, khususnya tentang perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia serta rekomendasi kelembagaan United Nations Environmental Programme (UNEP) yang kemudian ditempatkan di Nairobi, Kenya. Tanggal 5 Juni dinyatakan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap tahun.
Konferensi Rio de Jeneiro, Brazil dilaksanakan pada tahun 1992 selama 14 hari adalah Konferensi PBB yang dihadiri oleh utusan dari 179 negara. Konferensi ini menghasilkan lima dokumen, yaitu:
·         Deklarasi Rio juga dikenal dengan “Eart Charter” terdiri atas 27 prinsip yang memacu dan memprakrasai kerja sama internasional, perlunya pembangunan dilanjutkan dengan prinsip perlindungan lingkungan, dan perlu adanya analisis mengenai dampak lingkungan. Deklarasi ini juga mengakui pentingnya peran serta masyarakat yang tidak hanya dikonsultasi mengenai rencana pembangunan, tetapi juga ikut serta dalam pengambilan keputusan, serta aktif dalam proses pelaksanaan dan ikut menikmati hasil pembangunan itu.
·         Agenda-21 merupakan “action plan” di abad 21, yang walaupun tidak mengikat secara resmi, tetapi memberi arah strategi dan integrasi program pembangunan dengan penyelamatan kualitas lingkungan. Agenda-21 ini disepakati untuk disusun oleh dan untuk masing-masing negara peserta.
·         Konverensi tentang perubahan iklim untuk mencapai stabilitas gas kamar kaca, yang mengaharuskan pengurangan sumber emisi gas seperti CO2, emisi pabrik, transportasi dan penggunaan energi fosil pada umumnya.
·         Konverensi keanekaragaman hayati, yang mengajak semua negara untuk mengusahakan keanekaragaman sumber daya  hayati yang dimiliki, dan yang manfaatnya perlu dinikmati secara adil oleh seluruh masyarakat.
·         Pernyataan tentang prinsip kehutanan berupa pedoman untuk pengelolaan hutan, perlindungan serta pemeliharaan semua tipe hutan yang bermakna ekonomis dan keselamatan berbagai jenis biotanya.
Pada tahun 2002 diselenggarakan konferensi Puncak Rio di Johannesburg yang dihadiri oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri. Untuk sekian kali yang diperbincangkan adalah konsep dan pelaksanaan sustainable development  yang dinilai belum berhasil baik untuk membebaskan kemiskinan dan keterbelakangan, ketimpangan dalam ketenagakerjaan, kinerja yang belum cukup produktif dan kesetaraan antara konsumsi dasar dengan tingkat produktivitas yang mendukunganya. Hal ini belum cukup terlaksana karena belum terbina kelembagaan yang mendukung dan dinikmati hasilnya oleh seluruh anggota masyarakat Bumi.
4.      Piagam bumi
Pada tahun 1994 Dewan Bumi (Earth Council) dibentuk atas inisiatif Maurice Stong, sekertaris jendral konferensi Rio dan Mikhail Gorbachev Presiden Green Cross Internasional. Hal ini merupakan kelanjutan atau produk KTT Bumi di Rio tahun 1992 untuk memprakarsai perumusan kembali makna konservasi lingkungan. Disamping itu juga untuk merumuskan kembali sustainable development serta berupaya membangun kesadaran bersama tentang makna kehidupan dibumi ini. Komisi piagam bumi yang di bentuk tahun 1997, telah merumuskan etika ekologi sebagai landasan pembangunan berkelanjutan dalam sebuah piagam bumi (Earth Charter). Menurut piagam bumi perlu menerima kenyataan bahwa kita adalah bagian dari “keluarga manusia” dari “masyarakat bumi” yang mempunyai tujuan (destiny) yang sama. Dalam komisi piagam bumi ini duduk sebagai wakil Indonesia adalah Ir.Erna Witular Msi, sedangkan di Indonesia pelaksanaannya dikordinasikan oleh Lembga Pengembangan Kepedulian dan Etika Lingkungan (LENTING) yang dipimpin oleh Dr. Sonny Kera, salah seorang mantan Mentri Lingkungan Hidup.
5.      Pemanasan global
Pemanasan global terjadi karena meningkatnya lapisan gas yang menyelimuti bumi dan berfungsi sebagai lapisan seperti kamar kaca.Gas kamar kaca ini terdiri atas CO2 (55%), sisanya berupa NOx, SO2, O3, CH4, dan uap air. Lapisan ini menyebabkan terpantulnya kembali sinar panas inframerah A yang datang bersama sinar matahari, sehingga panas bumi ini mencapai 13oC. Jika gas kamar kaca ini makin tebal maka lebih banyak lagi sinar inframerah A yang memantul kembali dari Bumi sehingga Bumi makin terasa panas. CO2 saat ini berkisar 300 pm (0,03%) dalam atmosfer, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 600 ppm (0,06%) pada tahun 2060. Menurut laporan intergvernmental panel on climate change (IPCC), kenaikan suhu bumi di abad yang akan datang berkisar dari 1,5oC – 4,5oC atau rata-rata 2,5oC. Air laut diperkirakan naik antara 31 – 110 cm atau rata-rata 61 cm. Hal ini akan berlangsung kecuali ada upaya mengurangi bertambahnya gas kamar kaca.
Menurut perkiraan dalam 50 tahun yang akan datang suhu bumi rata-rata akan meningkat 3oC atau 1oC di katulistiwa dan meningkat dengan 4oC di kutub, yang akan menyebabkan mencairnya gunung es di kedua kutub tersebut. Hal ini akan berakibat naiknya permukaan air laut, sehingga berbagai kota dan wilayah lain di pinggir laut akan terbenam air, sedangkan daerah yang kering karena kenaikan suhu menjadi makin kering. Perubahan iklim ini juga akan mempengaruhi produktivitas budi daya pertanian, peternakan, dan perikanan terutama sebagai akibat timbulnya kekeringan atau kebanjiran diberbagai tempat.
Dampak positif dari mencairnya es dikutub adalah makin lancarnya angkutan laut dari eropa ke jepang yang hemat waktu dan biaya. Disamping itu mencairnya lapisan es juga membuka peluang untuk mengeksplorasi cadangan minyak, karena 25% cadangan minyak dunia diperkirakaan berada di dasar laut Artik.
6.      Mutasi gen yang terselubung
Dengan perkembangan teknologi telah banyak digunakan teknik radiasi terionisasi (50% untuk keperluan kedokteran, 3% untuk energi nuklir, 10% untuk percobaan persenjataan dan sebagainya) serta penggunaan berbagai bahan kimia (pestisida, amina, amida, hidrokarbon, berbagai senyawa N, dan sebagainya) yang bersifat mutagenik. Sebagai akibatnya telah terjadi peningkatan mutasi gen manusia yang menyebar di antara populasi manusia secara terselubung. Jikamu tasi ini terjadi pada gen yang terikat dalam kromosom yang diturunkan, maka hal itu akan berdampak menurun, sehinggga mengakibatkan makin merosotnya daya tahan (esistance) dan kelentingan alami (resilience) generasi muda. Oleh karena itu makin lama eksistensi (survival) manusia hanya dapat dipertahankan dengan dukungan teknologi, yang lama dituntut kecanggihannya, dengan sendidrinya diperlukan biaya yang makin lama makin mahal.
7.      Hujan asam
Industri (khususnya pengecoran logam, pembangkit listrik batu bara, dan penggunaan energi fosil pada umumnya) yang melepaskan berton-ton SO2, NO2, CO2 dan O3 akan menghasilkan air hujan yang bersifat asam. Hal ini trrjadi apabila air hujan bereaksi dengan berbagai gas tersebut, sehingga air hujan akan mengandung berbagai asam seperti asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3) dan asam karbonat (H2CO3). Hujan asam adalah turunnya kepermukaan Bumi berbagai benda, berupa cairan , uap air, asap, kabut dan debu dengan pH dibawah 5,6. Air dengan keasaman seperti ini dapat merusak hutan, menyebabkan kerkaratnya benda logam (misalnya jembatan dan rel kereta api), merusak berbagai bangunan marmer, tegel dan beton pada umumnya. Air danau dan sungai pH nya menurun, dan mempengaruhi kehidupan air (ikan, plankton, dan sebagainya) serta kesehatan pada umumnya. Sebagian dari gas itu berasal dari kendaraan bermotor (44,1%), dari rumah tangga (33%) dan industri (14,6%).
8.      Lubang lapisan ozon (O3)
Lapisan tipis ozon (O3) yang menyelimuti bumi pada ketinggian antara 20-50 km di atas Bumi (kalau dipadatkan hanya berupa lapisan beberapa cm) telah makin menipis dan di beberapa tempat bahkan telah terjadi beberapa lubang-lubang. Lubang ozon ini banyak terdapat di atas antartika dan kutub utara. Lapisan ozon ini berfungsi menahan 99% dari radiasi sinar ultraviolet (UVB) yang berbahaya bagi kehidupan. Penyerapan sinar ultraviolet oleh kulit akan menyebabkan kangker kulit (terutama untuk mereka yang berkulit putih), kerusakan mata (cataract), gangguan pada rantai makanan laut, dan kemungkinan kemunduran serta kerusakan pada tanaman budi daya.
Lapisan ozon mengalami kerusakan oleh bahan kimia seperti halon (terutama untuk pemadam kebakaran) dan CFC** (chloroflourocharbon) yang dihasilkan oleh aerosol (gas penyemprot minyak wangi, insektisida, dan sebagainya), mesin pendingin (refrigerator, air conditioner), dalam proses pembuatan plastik atau karet busa (foam) untuk berbagai kaepaerluan. Sinar matahari yang kuat berbagai gas ini diuraikan menjadi chlorine yang mengalami reaksi dengan O3 menjadi CIO (chloromonoxide) dan O2. Jadi mengakibatkan terurainya molekul ozon menjadi O2 (oksigen).
Berlubangnya lapisan ozon ini terjadi karena gas NO dan NO2 yang dilepaskan dari pesawat supersonik, oleh perang nuklir dari perombakan pupuk nitrogen oleh bakteri yang perombakannya menghasilkan N2O. Dalam masalah penipisan lapisan ozon ini telah dicapai kesepakatan bersama antara berbagai negara produksi dan pemanfaatan CFCs dalam Protokol Montreal.
B.     Masalah Lingkungan Hidup di Indonesia
Berbagai masalah lingkungan hidup di Indonesia telah berlangsung secara bertubi-tubi. Dalam mengatasi berbagai masalah itu pun, sering kali harus dilakukan pendekatan represif atau korektif tanpa menelaah lebih jauh apa konteks yang menjadi penyebabnya. Sebagian besar masalah yang timbul adalah karena sikap dan perilaku hidup manusia sendiri yang tidak diantisipasi dengan pendekatan preventif. Sering kali suatu masalah seolah-oleh mendadak sekali terjadinya. Padahal prinsip yang perlu dipegeng dalam pengelolaan lingkungan adalah masalah sebab-akibat untuk merumuskan tindakan pencegahan atau upaya preventif. Perlu diakui bahwa dalam menghadapi berbagai masalah yang mendadak, pada dasarnya akan kita hadapi dengan spontanitas. Sering kali tindakan spontan ini diperlukan sebagai instant solution sebelum masalahnya menjadi makin meluas, misalnya dalam terjadinya kebakaran perlu tindakan spontan untuk memadamkan api. Tetapi hal itu perlu secepatnya lebih di teliti dengan  mempertimbangkan mengapa hal itu terjadi dan apa dampaknya dalam jangka panjang.
Seandainya berbagai masalah itu dikelompokkan secara terkait, dapat disimpulkan bahwa masalahnya bersifat alami, bersifat kebijakan geopolitik, bersifat dampak perilaku manusia, tentang keamanan, kesehatan dan masalah sosial-ekonomi atau budaya lainnya.
a.       Masalah lingkungan hidup alami
Keadaan atau tatanan alami merupakan peristiwa alam yang berdampak pada makhluk hidup, khususnya yang oleh manusia diterima sebagai mala petaka. Peristiwa alam yang berdampak pada lingkungan hidup diantaranya gempa bumi, letusan gunung api, badai, tanah longsor dan banjir. Contohnya sebagai berikut:
·         Gempa bumi paling dahsyat disertai tsunami yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara pada tanggal 26 Desember 2004 yang memakan korban ±167.141 orang.
·         Gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat pada tahun 2009. Gempa yang berkekuatan 7,9 skala richter menewaskan ± 6.234 orang.
·         Gunung Merapi yang meletus pada tanggal 26 Oktober 2010 mengakibatkan ±165 orang tewas.
·         Bencana tanah longsor yang terjadi di Sumatera Barat pada tanggal 26 Januari 2013 menewaskan ± 9 orang dan 17 orang hilang.

b.      Masalah oleh manusia
·         Masalah hutan yang utama adalah perambahan hutan untuk menjadi binaan manusia
·         Kerusakan hutan karena penebangan liar, termasuk pencurian kayu untuk diekspor
·         Penambangan tanpa izin dan tidak memperhatikan AMDAL
Contohnya di Sidoarjo, Jawa Timut telah terjadi ledakan lumpur panas dari pipa pengeboran energi minyak dan gas oleh PT. Lapindo Brantas. Hal ini terjadi karena standar prosedur operasional tidak dipenuhi dan pipa pengeboran yang tidak disertai unsur pengaman  (casing system) telah mengakibatkan semburan lumpur panas sebanyak 50.000 m3 .
·         Industri yang berlebihan menyebabkan terbuangnya sumber daya sebagai limbah yang mencemari
Contohnya pencemaran kali ciliwung akibat limbah rumah tangga dan limbah industri.
c.       Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering terjadi di Indonesia adalah demam berdarah, tersebarnya flu burung pada ayam, impor daging sapi gila, wabah polio, masalah narkoba dan wabah busung lapar. Suatu tundakan preventif untuk memelihara kesehatan yang diabaikan dan kurangnya pemberdayaan masyarakat akan makna kesehatan oleh pemerintah.
d.      Sosial, ekonomi, budaya, politik dan keamanan
Masalah sosial yang belum terselesaikan di Indonesia pada saat ini adalah masalah kemiskinan. Secara progresif kemiskinan terjadi karena berbagai faktor, misalnya pendidikan, kesehatan, ketidakadilan, kebijakan sistem ketenagakerjaan yang tidak memadai, dan gangguan keamanan. Masalah kekakcauan yang terjadi akhir-akhir ini juga terkait dengan kasus korupsi yang melibatkan banyak pihak. Salah satu contoh kasus korupsi terbesar adalah kasus korupsi proyek Hambalang, Bogor.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar